Permataku
Resah, gelisah, cemas, harap, bimbang, ya begitulah kira2 perasaanku saat ini. Tentang komitmen baru yang kita buat untuk melihat sekuat apa cinta kita ini ?, apakah akan diridhoi Allah SWT ?, akankah kita mampu menjaga cinta yang suci ?, sekuat apa tekad yang tertanam didalam diri ?, dan nanti..... yang kita harapkan akan menuju kepada cinta yang sejati ?.
Aku yakin akan cintaku ini, aku juga yakin akan cintamu padaku, dan aku percaya bahwasannya tidak akan ada dari kita yang akan menjadi sosok penghianat cinta. Cinta tulus yang aku berikan kepadamu, yang belum pernah kurasakan seumur hidupku, den belum pernah kuberikan kewanita lain kecuali ibuku, sehingga terbentuklah suatu tekad baru dalam diriku untuk memilihmu dan menjadikanmu sebagai pandamping hidupku,membangun mahligai rumah tangga yang kita sebut dengan keluarga. Aku ingin kamu menjadi istriku.
Pernah suatu saat terlintas dikepalaku, andaikata kamu tidak memilihku nanti, atau boleh jadi ada sosok yang lebih dariku untuk kamu cintai, atau mungkin Allah belum meridhoi, dan kamu tidak bisa kumiliki didunia ini. Jelas bagiku untuk meminta kepada tuhanku untuk menjadikanmu sebagai istriku baik didunia dan diakhirat, kalau pun tak didunia aku akan tetap meminta kamu lah istriku diakhirat. Meskipun begitu, muncul perasaan baru yang menjadi tekad baru dalam diriku, kalau seandainya belumlah kita berjodoh didunia, aku bertekad untuk meninggalkan tanah kelahiranku untuk waktu yang saaaangaaat lama, mungkin samapai kumenutup usia, aku akan berpetualang mengelilingi dunia, menimba ilmu kepada alam raya, untuk mengalihkanku dari munculnya cinta2 baru, karna aku hanya ingin kamu yang mengisi ruang hatiku dan menjadi cinta terakhirku.
Aku tau kamu juga merasakan hal yang serupa denganku, aku tau apa yang kamu rasakan ketika memutuskan untuk komitmen itu, akupun merasakan begitu. Tapi mungkin karna aku tak pandai dalam cinta atau aku yang terlalu terbawa rasa, tak mampu aku mengatakannya, aku takut nanti kamu tidak bisa untuk menerima dan menganggapnya dengan prasangka yang tidak diduga-duga, tidak bukan itu maksudku. Menurutku jika dalam hubungan kita itu terlalu sering berkomunikasi, suatu saat kita pasti akan mersakan jenuh ataupun bosan dengan keadaan yang begitu-begitu saja, begitulah manusia, namun jika kita beri sedikit ruang terhadap komunikasi kita, kita beri waktu baginya untuk beristirahat, bukan berarti dia akan beristirahat selamanya, tidak. Kita akan merasakan suatu kerinduan yang kuat serta perasaan cinta yang segera ingin berpadu, ketika komunikasi itu kita beri waktu untuk beristirahat, dan ketika kita bangunkan kembali, rasa kita akan semakin kuat, kerinduan kita meluap, dan cinta akan makin erat, kita rasakan makna dari kasih sayang yang begitu mendalam.
Kemudian tentang kita yang masih dalam proses pendidikan, aku takut dengan adanya kehadiranku disetiap waktumu saat ini, menjadi penghalang bagimu untuk fokos pada pendidikanmu, aku paham antara rasa dan logika itu sulit disatukan, ketika kita menggunakan segenap rasa untuk suatu persoalan, boleh jadi kita akan mengabaikan baik dan buruk suatu hal, halal atau haram yang kita kerjakan, kita akan abaikan itu jika hanya rasa yang mengisi hidup kita. Kemudian jika hanya semata-mata logika yang kita gunakan, kita tidak akan pernah merasakan suatu keindahan terbesar dalam hidup yang kita sebut dengan cinta. Cinta haya bisa dirasa tak termakan oleh logika, namun jika rasa dan logika sudah bersama, muncul suatu sifat baru yang bernama bijaksana, yang memadukan antara rasa dan logika, menjadikan cinta itu dewasa. Demi mencapai cinta yang dewasa itu, yaa kita harus sedikit berkompromi dengan waktu, kita capai hal-hal yang akan menjadikan cinta kita dewasa nantinya salah satunya ya pendidikan itu.
Lama kurasakan tentang ini, tapi apa dikata tak sanggup lisanku mengucapkannya.
Sampai akhirnya kamu yang mengungkapnya kepadaku, kaget ? ya tentu saja aku kaget dengan hal itu, yang aku kagetkan bukan aku tak bisa lagi berkomunikasi denganmu, tapi kenapa perasaan kita begitu sama, dari dulu kuperhatikan memang begitu adanya kita.
Ketika kamu berkata tentang mimpi yang kamu cemaskan, aku juga mengalami mimpi yang sama, tapi tak sanggup kukatakan kepadamu karna aku takut akan menyinggung perasaanmu. Hanya disini bisa kuutarakan kuharap suatu saat kamu dapat membacanya. Dan tentang mimpi itu akan kuceritakan pada episode selanjutnya. Kita belum akan tau bagaimana ending dari kisah ini. Apakah akan bahagia? Ataukah berujung kesengsaraan dalam cinta? Kita tunggu saja.
Saat ini aku hanya ingin merebahkan sekujur tubuhku, dan merasakan aliran darahku, mendengarkan detak jantung dan denyut nadiku, sampai air mata turut membantu.
Posting Komentar
Posting Komentar